Selasa, 03 Mei 2011

Tauhid dalam Wayang

Tauhid dalam Wayang
Tahukah Anda bahwa di dalam pagelaran wayang terdapat tauhid ?
Tahukan Anda bahwa wayang bukan berasal dari warisan Islam sepenuhya?
Ya benar. Pertunjukan wayang sudah ada sejak dulu semasa Hindu-Budha, Jauh sebelum kedatangan Islam. Kalau wayang adalah salah satu alat untuk menyebarkan Islam itu benar adannya. Di sinilah bukti bahwa Islam bukanlah agama yang kaku, sempit atau malah merusak budaya lokal.
Banyak disebutkan bahwa wayang merupakan alat dakwah para wali, terutama Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Shahid. Hal ini dilakukan karena wayang kala itu adalah tontonan rakyat yang paling populer dan digemari masyarakat. Apabila ada pertunjukkan wayang, di situlah orang-orang berkumpul. Ini dinilai para wali sebagai potensi dakwah.
Sejatinya pagelaran wayang yang masih ada hingga kini adalah jasa dari para walisongo; bukan hanya jasa Sunan Kalijaga saja. Sebagai contoh istilah Tuhan dalam pewayangan yang semula bernama Sang Hyang Widi Washe diganti dengan Sang Hyang Giri Nata, artinya Sunan Giri lah yang menatanya. Tidak hanya itu bentuk dan gambar wayang, baik kulit (purwa) maupun golek telah dirubah agar tidak serupa dengan manusia. Hal ini dimaklum karena dalam Islam melukis apalagi membuat seseuatu repilka makhluk yang bernyawa terutama manusia dilarang.
Tahukan Anda bahwa nama Sunan Bonang diambil dari alat musik yang menjadi buah karyanya itu ?. Bonang adalah alat musik yang terdapat pada pagelaran wayang.
Kisah-kisah pewayangan menjadi semakin beragam. Semula yang hanya Mahabarata, Rama Shinta, kemudian para wali menambahkan cerita para sahabat Nabi Saw. Kisah para sahabat bisa Anda temui pada pagelaran wayang golek Jogja yang kabarnya hampir punah. Baru tahu khan kalau di Jogjakarta juga ada wayang golek?.
Wayang purwa atau yang lebih dikenal dengan istilah wayang kulit adalah wayang yang dipertunjukkan di masyarakat Jawa termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta dan Cirebon. Wayang golek adalah wayang yang biasa dipertunjukkan pada masyarakat Sunda dan ada ditemukan di Jogjakarta, juga pada Mayarakat Betawi (dalam bentuk yang berbeda tentunya). Wayang orang adalah yang pagelaran wayang yang wayangnya berupa orang yang memerankananya secara langsung. Persamaan dari semua jenis wayang itu adalah sama-sama diiringi aluana gamelan.
Filosifi Wayang; Makna Ke-Esaan Tuhan
 Baiklah mari kita mulai di mana saja sisi keesaan Tuhan yang hendak disampaikan wayang. Dalang adalah pemimpin pagelaran. Ditanganyalah wayang hendak dibawa kemana alur ceritanya. Bisa saja sang dalang menjadikan Gatot Kaca yang sakti mandraguna dijadikan payah tak berdaya atau cepot yang ‘selengean’ dijadikan sang dalang sakti mandraguna  dan berwibawa. Tidak ada satupun pagelaran wayang yang menampilakan dua dalang apalagi lebih. Jika dalang lebih dari satu dipastikan cerita wayang akan ngawur. Dalang yang satu ingin cerita ini yang satunya lagi ingin cerita yang lain. Satu dalang adalah pesan tauhid yang utama dalam pagelaran wayang.  Dalam Hal ini dalang diibaratkan sebagai Tuhan yang Esa (satu dan tidak ada bandingannya) yang memiliki kehendak dan kuasa yang tanpa batas.  Wayang adalah manusianya, manusia sama sekali tidak berdaya dihadapan Tuhan. Manusia hanya mampu berusaha dan Tuhanlah yang menentukan segalanya.
Gong (Jawa) atau goong dalam Bahasa Sunda merupakan alat musik yang hanya ada satu-satunya dalam pagelaran wayang. Ini juga bukti pesan ketauhidan dalam pagelaran wayang. Meskipun hanya satu saja, gong ini memiliki peranan penting dalam alunan gamelan pengiring pagelaran wayang. Entah kenapa, sejak kapan pula gong banyak digunakan dalam pelakasanan acara atau event tertentu. Penulis kurang mengetahui hal ini.
Sisi Islami Lainnya
Susunan pemasangan wayang.
Tahukan Anda bahwa wayang disusun tidak sembarangan?. Wayang dari negara Pendawa (kalangan baik) diletakkan di sebelah kanan dan wayang dari kalangan Astina/Kurawa yang jahat di letakkan di sebelah kiri dalang. Penasaran ?, coba Anda lihat pada pertunjukkan wayang yang sebenarnya?. Pandawa yang merupakan orang baik diletakkan di sebelah kanan dalang, maknanya orang baik akan berada dan dikembalikan ke sisi kanan dari Tuhan. Astina yang di sebelah kiri merupakan orang jahat, maknanya orang yang jahat akan berada dan di kembalikan ke sisi kiri Tuhan.
Tidak hanya itu wayang yang telah ditampilakan akan dikembalikan ke tempat asalnya. Misalkan Sri Kresna (Raja Pandawa) jika sudah tampil akan diletakkan di sebelah kanan sang dalang, artinya orang yang baik akan dikembalikan ke sisi kanan Tuhan sesuai asalnya dulu. Sebaliknya Dasa Muka; Rahwana (Raja Astina) bila sudah tampil akan disimpan di sebelah kiri sang dalang, artinya orang yang jahat akan dikembalikan ke tempat yang buruk (kiri).  
Letak pemasangan susunan wayang
Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana wayang ditanjapkan di depan sang dalang ?. Wayang disusun dengan sangat rapi wayang berbentuk hurup “U”, dimulai dari yang terkecil dekat dengan dalang hingga yang terbesar yang jauh dari dalang. Semakin kecil ukuran wayang, maka posisinya akan semakin di tengah dan semakin dekat dengan sang dalang. Maknanya hanya orang yang berhati ‘lembut’lah yang dekat dengan Tuhan. Semakin kasar dan keras hati seseorang semaikin jauh pula dengan Sang Pencipta.
Cahaya yang satu
Wayang yang masih murni hanya menggunakan penerangan tunggal yang diletakkan tepat di atas kepala sang dalang. Cahaya tersebut menyinari seluruh wayang baik yang tampil atau yang masih ditancap saja. Maknyanya Tuhan adalah Pemberi Cahaya (AN-Nuur), Dia menyinari seluruh makhluknya tanpa terkecuali.
Kemong
Tahukah Anda bahwa dalam irama gamelan indah yang mengiringi pagelaran wayang itu ada satu alat musik yang berbunyi “mong-mong”.  Dalam Bahasa  Jawa, “mong” memiliki makna penolakan, tidak mau, atau tidak. Maknanya sebagus apapun agama disampaikan oleh para dai pasti ada saja orang yang menolak.

Rukun Islam dan Pandawa Lima
Tahukah Anda siapa saja yang termasuk Pandawa Lima itu?. Mereka adalah Sri Kresna, Arjuna, Nakula, Sadewa dan Bima. Nah, kelima kestria ini menggambarkan rukun Islam yang lima.  Berikut rinciannya:
1.      Sri Kresna (Krisna). Krisna adalah Raja Pandawa yang dikenal jujur, sabar dan rela berkorban dan iklhas. Di dalam mahkotanya terdapat layang (surat: Jawa) “kalima syada” yang tidak lain adalah kedua kalimat sayahadat. Gara-gara dititipi kalimat syahadat ini Sri kresna menjadi penyabar, jujur, rela berkorban dan mampu berbuat iklhlas.
2.      Arjuna. Arjuna memiliki senjata pusaka berupa keris “pancaroba”, artinya yang lima itu (rukun Islam) tetap dan tidak berubah.
3.      Nakula dan Sadewa. Pasangan kembar ini memiliki makna “nah kula sareng sampean sadewa”, artinya kula (saya) dan Anda sama-sama satu Tuhan.
4.      Nakula dan Sadewa. Pasangan kembar ini memiliki makna “nah kula sareng sampean sadewa”, artinya kula (saya) dan Anda sama-sama satu Tuhan.
5.      Bima. Bima delehernya selalu melekat ular. Kemanapun Bima pergi ular itu tetap berada dilehernya. Itu artinya ajaran agama itu haruslah dibawa kemana saja kita pergi, ke mesjid, tempat wisata, pasar dan dimanapun kita berada.
Sekarang tahu khan betapa cerdasnya para wali mendesain pagelaran wayang yang indah dengan disertai tauhid. Luar Biasa khan warisan budaya kita yang satu ini. Mari lestarikan dan cintai budaya bangsa.
Sebagai tambahan penulis sertakan karakter di dalam pewayangan. Sebagaimana manusia wayang pun memiliki karakter-karakter tertentu.  
Karakter dalam wayang:
-Jujur; Sri Kresna
-Penyabar; Sri Kresna
-Ikhlas dan tulus; Sri Kresna
-Abdi negara dan bertanggung jawab; Sri Kresna, Gatot Kaca
-Kocak; humoris; cepot, bagong, petruk
-Gagah; keras; Batot Kaca
-Playboy dan romantis; Arjuna
-Munafik; Kumbakarna; Dasa Muka (Rahwana)
-Jahat; Dasa Muka
-Bijak; Semar, Sri Kresna
-Perempuan  jahat; Pemoni
-Perempuan lembut dan penyanyang; Srikandi, Dewi Shinta
Sebetulnya masih banyak lagi karakter wayang lainnya, penulis hanya memberikan beberapa contoh saja. Luar Biasa khan warisan budaya kita yang satu ini. Mari lestarikan dan cintai budaya bangsa.


2 komentar:

  1. Sri Kresna bukan Pandawa, yg termasuk itu Yudistira si sulung yg memegang Kalimasada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan ini BAIK. Tapi anda benar! Raja Pandawa adalah Yudistira atau Samiaji atau Darmakusumah dalam wayang golek.

      Hapus